Kelas : 3ka26
Npm : 12110612
PILIHAN
KATA (DIKSI)
A.
Definisi
Diksi
Diksi
dapat diartikan sebagai ekspresi oleh penulis atau pembicara untuk
mengungkapkan sebuah cerita. Pengertian secara umum, diksi merupakan pilihan
kata yang dipakai untuk menyampaikan suatu gagasan, memilih kelompok kata atau
menggunakan ungkapkan dan gaya bahasa yang tepat yang digunakan dalam suatu
situasi atau sebuah peristiwa. Oleh karena itu, untuk memilih diksi yang tepat
seorang pengarang harus memunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat
nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan
untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya.
Seorang pengarang dapat memilih kata yang tepat dan sesuai jika ia menguasai
sejumlah besar kosakata yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu
menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat
yang jelas dan efektif.
Agar
menghasilkan cerita yang menarik, diksi atau pemilihan kata harus
memenuhi syarat-syarat sebagai berikut:
1. Ketepatan
dalam pemilihan kata untuk menyampaikan suatu gagasan.
2. Pengarang
harus memiliki kemampuan dalam membedakan secara tepat nuansa makna, sesuai
dengan gagasan yang ingin disampaikan.
3. Menguasai
beragam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi kalimat yang
jelas dan efektif.
Sebelum
menentukan pilihan kata, seorang pengarang harus memperhatikan masalah makna.
Makna sebuah kata atau sebuah kalimat merupakan makna yang tidak selalu berdiri
sendiri.
Adapun makna kata
menurut (Chaer, 1994:60), terbagi atas beberapa kelompok yaitu:
a. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
Makna leksikal
adalah makna yang sesuai dengan referennya, sesuai dengan hasil observasi alat
indera atau makna yang nyata dalam kehidupan. Contohnya: kata
"tikus". Makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya
penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing), sedangkan makna gramatikal adalah
makna yang digunakan untuk menyatakan makna atau nuansa makna gramatikal (sesuai
dengan tata bahasa; menurut tata bahasa, Red]. Untuk menyatakan makna jamak
bahasa Indonesia, menggunakan proses reduplikasi seperti kata: "buku" yang
bermakna "sebuah buku" menjadi buku-buku yang bermakna "banyak
buku".
b. Makna Referensial dan Nonreferensial
Perbedaan diantara
keduanya adalah berdasarkan ada atau tidaknya referen dari kata-kata tersebut.
Sebuah kata memiliki makna referensial jika mempunyai referen. Kata non referensial
adalah kata yang tidak memiliki referen. Contoh: kata "meja" dan
"kursi" (bermakna referen), kata "karena" dan
"tetapi" (bermakna non referensial).
c. Makna Denotatif dan Konotatif
Makna denotatif
adalah makna asli, makna asal, atau makna sebenarnya yang memiliki sebuah
leksem [satuan leksikal dasar yang abstrak, yang mendasari berbagai bentuk
kata; satuan terkecil dalam leksikon,Red]. Contohnya: kata "kurus", makna
denotatifnya adalah keadaan tubuh yang lebih kecil dari ukuran normal dan makna
konotatifnya adalah makna lain yang ditambahkan pada makna denotatif yang
berhubungan dengan nilai rasa orang atau kelompok orang yang menggunakan kata
tersebut. Contohnya, kata "kurus" pada contoh diatas bermakna
konotatif netral, artinya tidak memiliki nilai rasa yang mengenakkan, tetapi
kata "ramping" bersinonim dengan kata kurus itu memiliki konotatif
positif, nilai yang mengenakkan. Orang akan senang bila dikatakan "ramping".
d. Makna Konseptual dan Makna Asosiatif
Makna konseptual
adalah makna yang dimiliki oleh sebuah lema [kata atau frasa masukan dalam
kamus di luar definisi atau penjelasan lain yang diberikan dalam entri, Red]
terlepas dari konteks atau asosiasi apapun. Contohnya: kata "kuda",
makna konseptualnya adalah sejenis binatang berkaki empat yang bisa dikendarai
sedangkan makna asosiatifnya adalah makna yang dimiliki sebuah leksem atau kata
yang berkenaan dengan adanya hubungan kata dengan suatu yang berada diluar
bahasa. Contohnya, kata "melati" berasosiasi dengan sesuatu yang suci
atau kesucian. Kata "merah" berasosiasi "berani" atau paham
komunis.
e. Makna Kata dan Makna Istilah
Makna kata walaupun
secara sinkronis tidak berubah, tetapi karena berbagai faktor dalam kehidupan
dapat menjadi bersifat umum. Makna kata itu akan menjadi jelas kalau sudah
digunakan dalam suatu kalimat. Contoh: kata "tahanan", bermakna orang
yang ditahan, tapi bisa juga hasil perbuatan menahan. Kata "air", bermakna air yang berada di
sumur, di gelas, di bak mandi, atau air hujan. Makna istilah memiliki makna
yang tetap dan pasti. Ketetapan dan kepastian makna istilah hanya digunakan
dalam bidang kegiatan atau keilmuan tertentu. Contohnya: kata
"tahanan" di atas masih bersifat umum. Tetapi pada bidang hukum, kata
tahanan itu sudah pasti orang yang ditahan dan berhubungan dengan suatu perkara.
f. Makna Idiomatikal dan Peribahasa
Idiom adalah satuan bahasa (baik berupa kata, frasa, maupun
kalimat) maknanya tidak dapat diramalkan dari makna leksikal, baik
unsur-unsurnya maupun makna gramatikal satuan tersebut. Contohnya: kata
"ketakutan", "kesedihan", "keberanian", dan
"kebimbangan" memiliki makna hal yang disebut makna dasar. Kata
"rumah kayu" bermakna, rumah yang terbuat dari kayu. Makna peribahasa
bersifat membandingkan atau mengumpamakan, maka lazim juga disebut dengan nama
perumpamaan. Contoh: kata "bagai", "bak", "laksana", dan "umpama" lazim digunakan dalam peribahasa.
g. Makna Kias dan Lugas
Makna kias adalah
kata, frasa dan kalimat yang tidak merujuk pada arti sebenarnya. Contohnya:
kata "Putri malam" bermakna bulan dan kata "Raja siang"
bermakna matahari. Makna lugas adalah kebalikan dari makna kias. Makna lugas
adalah makna dari sebuah frasa dan kalimat yang tidak menimbulkan tafsir ganda.
Contohnya: kata "makan" dalam kalimat "Adik sedang makan
roti," dan frasa "tangan kanan" dalam kalimat "Tangan
kanannya patah dalam kecelakaan kemarin."
h. Kata Ilmiah dan Kata Populer
Kata
ilmiah merupakan kata-kata logis dari bahasa asing yang dapat diterjemahkan
kedalam bahasa Indonesia. Kata-kata ilmiah biasa digunakan oleh kaum pelajar
dalam berkomunikasi maupun dalam tulisan-tulisan ilmiah seperti karya tulis
ilmiah, laporan ilmiah, skripsi, tesis, desertasi. Selain itu digunakan pada
acara-acara resmi. Kata popular adalah kata yang biasa digunakan dalam
komunikasi sehari-hari masyarakat umum.
Kesalahan
dalam pembentukkan kata, yang sering ditemukkan dalam bahasa lisan maupun
tulis:
1. Penanggalan
awalan meng-
2. Penanggalan
awalan ber-
3. Peluluhan
bunyi /c/
4. Penyengauan
kata dasar
5. Bunyi
/s/, /k/, /p/, dan /t/ yang tidak luluh
6. Awalan
ke- yang keliru pemakaian akhiran –ir
7. Padanan
yang tidak serasi
8. Pemakaian
kata depan di, ke, dari, bagi, pada, daripada, dan terhadap
9. Penggunaan
kesimpulan, keputusan, penalaran, dan pemukiman
10. Penggunaan
kata yang hemat
11. Analogi
12. Bentuk
jamak dalam bahasa Indonesia.
B.
Contoh
Penggunaan Diksi Pada Suatu Kalimat
1. Hari
ini Aku pergi ke pantai bersama dengan teman-temanku. Udara di sana sangat
sejuk. Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kami pun pulang
tak lama kemudian.
2. Liburan
kali ini Aku dan teman-temanku berencana untuk pergi ke pantai. Kami sangat
senang ketika hari itu tiba. Begitu sampai disana, kami sudah disambut oleh
semilir angin yang tak heti-hentinya bertiup. Ombak yang berkejar-kejaran juga
seolah tak mau kalah untuk menyambut kedatangan kami. Kami menghabiskan waktu
sepanjang hari di sana. Dan Kami pulang dengan hati senang.
Kedua
paragraph diatas memiliki makna yang sama, tetapi dalam pemilihan kata atau
diksi, paragraph kedua lebih menarik bagi pembaca karena enak dibaca dan tidak
membosankan.
DAFTAR PUSTAKA
http://irpantips4u.blogspot.com/2011/10/makalah-diksi.html
http://pelitaku.sabda.org/menentukan_pemilihan_kata_diksi
http://dwizeru.wordpress.com/2011/10/09/diksi-dan-kalimat-efektif/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar