Selasa, 13 September 2011

Tugas ISD akhir semester 1 (Farhah) Konflik Agama, 1ka31, 12110612

Konflik Agama Cermin Kegagalan Interaksi Budaya



Rabu, 21/04/2010 - 13:36

YOGYAKARTA,(PRLM).- Konflik horizontal yang melibatkan antarpemeluk agama dan konflik verfikal antara pemerintah dengan agama mencerminkan gagalnya interaksi antarbudaya.
Dosen Fakultas Agama Islam – Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (FAI – UMY), DR. Nawari Ismail saat mempertahankan disertasi, Rabu (21/4), menyatakan perkembangan yang tidak kondusif justru terjadi pasca era reformasi, menunjukkan ironi. Sebab era keterbukaan ini di sebagian besar komunitas masyarakat tumbuh benih-benih prinsip masyarakat madani dan multikulturalisme. Namun, aneh pada saat yang sama tumbuh konflik berlatar belakang agama.
Dia menyatakan kemajuan budaya bangsa membutuhkan masyarakat madani yang memiliki orientasi pemikiran dan perilaku lintas budaya tanpa harus tercerabut dari akar budayanya.
Dalam disertasi “Relasi kekuasaan dalam pengubahan budaya Wong Sikep di bumi Minotani”, dia menyatakan kasus Wong Sikep mencerminkan perkembangan mutakhir tersebut. Dari penelitiannya, di daerah Wong Sikep yang jauh dari hangar binger kota, ada semangat pluralisme, namun semangat persaingan antarkelompok agama dan aparat pemerintah bergelindan pada saat yang sama.
Dia menjelaskan Wong Sikep yang dimaksud di sini adalah Orang Samin, di kawasan Jawa Tengah yang bermukim di seputar Pati, Kudus, Rembang, Jiwan Madiun, Grobogan, dan Bojonegoro. Mereka adalah penganut agama Adam, sebuah agama lokal. Agama ini tidak dikenal dalam ranah hukum negara dan mereka dipaksa mencantumkan agama tertentu di kartu tanda penduduk.
Menurut dia pemerintah memiliki kecenderungan untuk mengubah kebudayaan, pendidikan, pola pertanian yang menjadi kebiasaan Wong Sikep. “Hasilnya di level bawah ini melahirkan ketegangan antara pemerintah dan Wong Sikep,” ujar dia.
Di mengingatkan cara pemerintah yang tidak sesuai kondisi harus diubah. Cara yang memaksakan dalam menerapkan kebijakan pemerintah tanpa partisipasi warga setempat, harus diubah. “Warga lokal harus dilibatkan aktif dalam pemberdayaan bagi mereka sendiri sehingga program berjalan sesuai kebutuhan merek,” kata dia.
Pemerintah juga jangan menganggap sikap masyarakat tradisional seperti Wong Sikep sebagai cermin tidak nasionalis. Persepsi tersebut sudah ada sejak kolonial Belanda dan melekat bagi Wong Sikep, pemerintah harus berubah dan mengubah pandangan serta pola pendekatan kepada mereka mulai sekarang. (A-84/kur)***

sumber berasal dari : http://www.pikiran-rakyat.com/node/111664

Tidak ada komentar:

Posting Komentar