Jumat, 13 Maret 2015

Bulan Pertama

Nama : Farhah
NPM : 12110612
Kelas : 3KA39

Softskill : Bahasa Indonesia 2
Materi : Penalaran, Berpikir Deduktif dan Berfikir Induktif



POINT 1   Penalaran

Penalaran adalah  proses berfikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Dalam penalaran proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

Metode dalam menalar ada dua jenis yaitu deduktif dan induktif.

Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran :
Jika seseorang melakukan penalaran maksudnya tentu adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat-syarat dalam menalar dapat dipenuhi.
1.      Suatu penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
2.      Dalam penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua premis harus benar.
3.      Formal berari penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan-aturan berfikir yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai premis yang tepat. [1]

Penalaran terbagi menjadi tiga yaitu
1)      Proposisi
a.       Pengertian
Proposisi adalah apa yang dihasilkan dengan mengucapkan suatu kalimat. Dengan kata lain, hal ini merupakan arti dari kalimat itu, dan bukan kalimat itu sendiri.
b.      Kriteria Proposisi terbagi menjadi empat bentuk
a)      Berdasarkan bentuk
Terbagi menjadi dua jenis, yaitu
i.        Proposisi Tunggal
Merupakan proposisi yang terdiri atas satu subjek dan satu predikat.
Contoh :
Premis 1 : Semua ibu menghasilkan asi
Premis 2 : Fika menyusui bayi pertamanya
Kesimpulan : Fika menghasilkan asi

ii.      Proposisi Majemuk
Merupakan proposisi yang terdiri atas satu subjek dan lebih dari satu predikat.
Contoh :
Premis 1 : Semua orang yang ingin masuk surga maka harus rajin beribadah dan berbuat baik kepada sesama.
Premis 2 : Saya ingin masuk surga
Kesimpulan : Saya harus rajin beribadah dan berbuat baik pula kepada sesame

b)      Berdasarkan sifat
Berdasarkan sifatnya, proposisi juga terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
i.        Proposisi Kategorial
Merupakan proposisi yang hubungan antara subjek dan predikatnya tidak memerlukan syarat apapun.
Contoh :
Semua kambing adalah herbivora

ii.      Proposisi Kondisional
Merupakan kebalikan dari proposisi kategorial, yaitu proposisi yang berhubungan antara subjek dan predikatnya memerlukan syarat tertentu.

Proposisi Kondisional terbagi menjadi dua, yaitu :
1.      Proposisi Kondisional Hipotesis
Merupakan proposisi yang mengandung hubungan sebab dan akibat.
Contoh :
Andai aku bisa jadi Presiden RI aku akan berantas para Koruptor.

2.      Prosisi Kondisional Disjungtif
Merupakan proposisi yang mengandung dua pilihan.
Contoh :
Dia seorang Dokter atau Suster?

c)      Berdasarkan kualitas
Terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
i.        Proposisi Positif / Affirmative
Merupakan proposisi yang memiliki kesesuaian antara subjek dan predikatnya.
Contoh :
Semua Mahasiswa yang IPK diatas 3.00 akan mengambil jalur skripsi.

ii.      Proposisi Negatif
Merupakan proposisi yang kebalikan dari proposisi Positif/ Affirmative yaitu proposisi yang tidak memiliki kesesuaian antara subjek dengan predikatnya.
Contoh :
Semua pegawai pajak adalah markus.

d)     Berdasarkan kuantitas
Terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
i.        Proposisi Umum
Merupakan proposisi yang biasanya diawali dengan kata “semua”, “tidak satupun”, “seluruh”.
Contoh :
Tidak satupun orang yang ingin masuk neraka.

ii.      Proposisi Khusus/ Spesifik
Merupakan proposisi yang biasanya diawali dengan kata “sebagian”.

2)      Implikasi
a.       Pengertian
Merupakan suatu pernyataan logika yang hanya akan bernilai salah ketika sebab bernilai benar DAN akibat bernilai salah dengan melihat tabel kebenaran.
Tetapi kita harus ingat kalau “jika A maka B” tidak sama dengan “jika B maka A” karena alur implikasi hanyalah berjalan satu arah saja.
b.      Contoh
“Jika lampu merah menyala maka kendaraan bermotor akan berhenti”
Kalimat diatas tidak akan sama dengan kalimat :
“Jika kendaraan bermotor berhenti maka lampu merah menyala”

3)      Inferensi
a.       Pengertian
Merupakan proses yang harus dilakukan pembaca (pendengar) untuk melalui makna harfiah tentang apa yang ditulis (diucapkan) sampai pada yang diinginkan oleh seorang penulis (pembicara). Inferensi atau kesimpulan sering harus dibuat sendiri oleh para pendengar atau pembicara karena dia tidak mengetahui apa makna yang sebenarnya yang dimaksudkan oleh pembicara/ penulis. Karena jalan pikiran pembicara mungkin saja berbeda dengan jalan pikiran pendengar, mungkin saja kesimpulan pendengar meleset atau bahkan salah sama sekali. Apabila ini terjadi, maka pendengar harus membuat inferensi lagi.
b.      Jenis Inferensi
1)      Inferensi Langsung
Merupakan inferensi yang kesimpulannya ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh :
“Bu, besok temanku berulang tahun. Saya diundang makan malam. Tapi saya tidak punya baju baru, kadonya lagi belum ada”.

Maka inferensi dari ungkapan tersebut adalah “bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temannya.”

2)      Inferensi Tidak Langsung
Merupakan inferensi yang kesimpulannya ditarik dari dua/ lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi yang baru atas dasar penggabungan proposisi-proposisi lama.
Contoh :
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya sedikit saya bawa. Inferensi yang menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya c berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauk gudegnya komplit.


Wujud Evidensi
Merupakan semua fakta yang ada dihubung-hubungkan untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil pengukuran dan pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami suatu fenomena. Evidensi sering disebut juga bukti empiris.

Tentu saja reaksi kita tidak dapat dilukiskan sebagai “kepastian”, tentu saja kemungkinan untuk benar tidak dapat dikesampingkan, bahwa dugaan ngawur atau ngasal telah menyatakan jumlah yang persis. Tetapi tidak terlalu sulit bagi kita untuk menangguhkan persetujuan kita mengapa? Karena evidensi memadai untuk menjamin persetujuan jelaslah tidak ada. Kenyataannya tidak ada dalam persetujuan terhadap pernyataan tersebut.

Sebaliknya, kalau seseorang mengatakan mengenai ruang dimana saya duduk “ada tiga jendela di dalam ruangan ini”, persetujuan atau ketidak setujuan saya segera jelas. Dalam hal ini, evidensi yang menjamin persetujuan saya dengan mudah didapatkan.

Dalam wujud yang paling rendah, evidensi itu berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu.

Cara Menguji Data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran harus merupakan fakta. Oleh karena itu, perlu diadakan pengujian melalui cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan sebagai evidensi.
Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk pengujian data :
a.       Observasi
b.      Kesaksian
c.       Autoritas

Cara Menguji Fakta
Untuk menetapkan apakah data yang kita peroleh itu merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian yang merupakan penilaian tingkat pertama untuk mendapatkan keyakinan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan yang akan diambil.

Beberapa cara untuk menguji fakta, adalah sebagai berikut :
a.       Konsistensi
b.      Koherensi

Cara Menilai Autoritas
Seorang penulis yang objektif selalu menghindari semua desas desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.

Beberapa cara yang digunakan untuk menilai autoritas, yaitu :
a.       Tidak mengandung prasangka
b.      Pengalaman dan pendidikan autoritas
c.       Kemashuran dan prestise
d.      Koherensi dengan kemajuan.[2]


POINT 2   Berfikir Deduktif

Metode Berfikir Deduktif merupakan metode yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian khusus.
Contoh :
Masyarakat Indonesia Konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial. [1]

Silogisme merupakan suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Jenis-jenis Silogisme berdasarkan bentuknya terdiri dari :
1.      Silogisme Kategorial
Merupakan silogisme yang semua proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang termnya menjadi predikat) dan premis minor (premis yang termnya menjadi subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah (middle term).

Contoh :
Semua tumbuhan membutuhkan air (Premis Mayor)
Akasia adalah tumbuhan (Premis Minor)
Akasia membutuhkan air (Konklusi)

Hukum-hukum Silogisme Kategorial

Apabila ada salah satu premis bersifat particular, maka kesimpulan harus particular pula. Contoh :
Semua yang halal dimakan menyehatkan (Mayor)
Sebagian makanan tidak menyehatkan (Minor)
Jadi, Sebagian makanan tidak halal dimakan (Konklusi)

Apabila salah satu premis bersifat negative, maka kesimpulan harus negative juga.
Contoh :
Semua korupsi tidak disenangi (Mayor)
Sebagian Pejabat Koruptor (Minor)
Jadi, Sebagian Pejabat tidak disenangi (Konklusi)

Apabila kedua premis bersifat particular, maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh :
Beberapa politikus tidak jujur (Premis 1)
Bambang adalah politikus (Premis 2)

Kedua premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika disimpulkan maka hanya bersifat kemungkinan (bukan  kepastian). Bambang mungkin tidak jujur (konklusi).

Apabila kedua premis bersifat negative, maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil jika salah satu premisnya positif.
Contoh :
Kerbau bukan bunga mawar (premis 1)
Kucing bukan bunga mawar (premis 2)

Kedua premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan

Apabila term penengah dari suatu premis tidak akan sah diambil dari kesimpulan.
Contoh :
Semua ikan berdarah dingin.
Binatang ini berdarah dingin.
Maka, binatang ini adalah ikan?
Mungkin saja binatang melata.

Term pengikat dalam kesimpulan harus konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh :
Kerbau adalah binatang
Kambing bukan kerbau.
Jadi, kambing bukan binatang?
Binatang pada konklusi merupakan term negative sedangkan pada premis 1 bersifat positif.

Term penengah harus bermakna sama. Baik dalam premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan menjadi lain.
Contoh :
Bulan itu bersinar di langit.
Januari adalah bulan.
Jadi, januari bersinar dilangit?

Silogisme harus terdiri dari tiga term, yaitu term subjek, predikat dan term. Tidak bisa diturunkan konklusinya.
Contoh :
Kucing adalah binatang.
Domba adalah binatang.
Beringin adalah tumbuhan.
Sawo adalah tumbuhan.
Dari premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya.

2.      Silogisme Hipotetik
Merupakan argument yang premis mayornya berupa proposisi hipotetik sedangkan premis minornya adalah proposisi kategorik.
Ada empat macam Silogisme Hipotetik, yaitu :
a.       Silogisme hipotetik yang premis minornya mengakui bagian antecedent.
Contoh :
Jika hujan saya naik becak
Sekarang hujan
Jadi, saya naik becak (Konklusi)

b.      Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh :
Jika hujan, bumi akan basah
Sekarang bumi telah basah
Jadi, hujan telah turun.

c.       Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari antecedent.
Contoh :
Jika politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
Jadi, kegelisahan tidak akan timbul.

d.      Silogisme hipotetik yang premis minornya mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh :
Bila mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak penguasa tidak gelisah.
Jadi, mahasiswa tidak akan turun ke jalanan.

Hukum-hukum Silogisme Hipotetik mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi lebih penting menentukkan kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hokum silogisme hipotetik adalah :
a.       Bila A terlaksana maka B juga terlaksana
b.      Bila A tidak terlaksana maka B tidak terlaksana (tidak sah = salah)
c.       Bila B terlaksana, maka A terlaksana (tidak sah = salah)
d.      Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.

3.      Silogisme Alternatif
Merupakan silogisme yang terdiri atas premis mayor berupa proposisi alternative. Proposisi alternative yaitu bila premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan menolak alternative yang lain.
Contoh :
Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor
Nenek Sumi berada di Bandung
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.

4.      Silogisme Disjungtif
Merupakan silogisme yang premis mayornya merupakan keputusan disjungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik yang mengakui atau mengingkari salah satu alternative yang disebut oleh premis mayor.

Silogisme Disjungtif ada dua macam, yaitu :
a.       Silogisme Disjungtif dalam arti sempit
Silogisme yang berarti mayornya mempunyai alternative kontradiktif
Contoh :
Heri jujur atau berbohong
Ternyata Heri berbohong
Jadi, ia tidak jujur (Konklusi)

b.      Silogisme Disjungtif dalam arti luas
Silogisme yang berarti mayornya mempunyai alternative bukan kontradiktif.
Contoh :
Hasan di rumah atau di pasar.
Ternyata tidak dirumah
Jadi, Hasan di pasar (Konklusi)

Hukum-hukum Silogisme Disjungtif
a.       Silogisme disjungtif dalam arti sempit, konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
Contoh :
Hasan berbaju putih atau tidak putih
Ternyata Hasan berbaju putih
Jadi, Hasan bukan tidak berbaju putih
b.      Silogisme disjungtif dalam arti luas, kebenaran konklusinya adalah bila premis minor mengakui salah satu alternative, maka konklusinya sah (benar) dan bila premis minornya mengingkari salah satu alternative, maka konklusinya tidak sah (salah).
Contoh :
Budi menjadi guru atau pelaut
Budi adalah guru
Jadi, maka budi bukan pelaut

Contoh 2 :
Penjahat itu lari ke Solo atau ke Yogyakarta
Ternyata tidak lari ke Yogyakarta
Jadi, Dia lari ke Solo?

Konklusinya yang salah karena bisa jadi dia lari ke kota lain.

5.      Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya premis minor dan kesimpulan.
Contoh :
Dia menerima hadiah pertama karena dia telah menang dalam sayembara itu.
Anda telah memenangkan sayembara ini, karena itu anda berhak menerima hadiahnya. [4]


POINT 3   Berfikir Induktif

Metode Berfikir Induktif merupakan metode yang diawali dengan menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan umum.[1]

Pada Penalaran Induktif terdapat beberapa bentuk :
1.      Generalisasi
Merupakan proses penalaran yang bertolak dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contoh :
Andika Pratama adalah bintang film, dan ia berwajah tampan.
Raffi Ahmad adalah bintang film, dan ia berwajah tampan.
Generalisasi : Semua bintang film yang berwajah tampan.

Pernyataan “Semua bintang film berwajah tampan” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki kebenarannya.

Contoh kesalahannya : Sapri juga bintang iklan, tetapi tidak berwajah tampan.

Macam-macam Generalisasi :
a.    Generalisasi Sempurna : dimana seluruh fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
     Contoh :
     Sensus Penduduk

b.   Generalisasi Tidak Sempurna : dimana kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk semua fenomena yang belum diselidiki.
    Contoh :
    Hampir seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon.
  
 2.      Analogi
 Merupakan persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukkan kata baru dari kata yang telah ada. Analogi dilakukan karena antara sesuatu yang dibandingkan dengan pembandingnya memiliki kesamaan fungsi atau peran. Analogi yang dimaksud adalah analogi induktif atau analogi logis.
      
     Contoh :
     Untuk menjadi seorang pemain bola yang professional atau berprestasi dibutuhkan latihan yang rajin dan ulet. Begitu juga dengan seorang dokter untuk dapat menjadi dokter yang professional dibutuhkan pembelajaran atau penelitian yang rajin dan ulet. Oleh karena itu, untuk menjadi seorang pemain bola atau seorang dokter diperlukan latihan atau pembelajaran.

Jenis-jenis Analogi :
a.       Analogi Induktif
     Merupakan analogi yang disusun berdasarkan persamaa yang ada pada dua fenomena, kemudian ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode  yang sangat bermanfaat untuk membuat kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti terdapat pada dua barang khusus yang dibandingkan.
      
      Contoh :
    Tim Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka tim Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.

b.      Analogi Deklaratif
    Merupakan metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih samar dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
      
      Contoh analogi deklaratif :
    Deklarasi untuk penyelenggaraan Negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala Negara dengan warganegaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.

3.      Hubungan Kausal
     Merupakan penalaran yang diperoleh dari gejala-gejala yang saling berhubungan. Hubungan kausal (kausalitas) merupakan prinsip sebab-akibat yang sudah pasti antara segala kejadian, serta bahwa setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya.

Macam-macam hubungan kausal :
      a.       Sebab akibat
            Contoh :
            Penebangan liar di hutan mengakibatkan tanah longsor
      b.      Akibat sebab
            Contoh :
            Andri juara kelas disebabkan dia rajin belajar dengan baik
      c.      Akibat akibat
            Contoh :
            Toni melihat kecelakaan di jalan raya, sehingga Toni beranggapan adanya korban kecelakaan.

4.      Hipotesa dan Teori
    Hipotesa merupakan semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai penentu dalam peneliti fakta-fakta tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta-fakta lain secara lebih lanjut.

   Teori merupakan kebalikan dari hipotesa yang esecara relative lebih kuat sifatnya bila dibandingkan dengan hipotesa.

      Contoh :
    Tanzi & davoodi (1998) membuktikan bahwa dampak korupsi pada pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan melalui empat hipotesis (semua dalam kondisi ceteris paribus).

      Hipotesis pertama :
      Tingginya tingkat korupsi memiliki hubungan dengan tingginya investasi public. Politisi yang korup akan meningkatkan anggaran untuk investasi publik. Sayangnya mereka melakukan itu bukan untuk memenuhi kepentingan publik melainkan demi mencari keuntungan dari kesempatan dari proyek-proyek investasi tersebut. Oleh karena itu, walau dapat meningkatkan investasi public, korupsi akan menurunkan produktivitas investasi public tersebut. Dengan seperti ini, korupsi dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi.

      Hipotesis kedua :
     Tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya penerimaan Negara. Hal ini terjadi bila korupsi berkontribusi pada penggelapan pajak, pembebasan pajak yang tidak sesuai dengan aturan yang berlaku, dan lemahnya administrasi pajak. Akibatnya adalah penerimaan Negara menjadi rendah dan pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.

Hipotesis ketiga:
Tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan rendahnya pengeluaran pemerintah untuk operasional dan maintenance. Seperti yang diuraikan pada hipotesis pertama, politisi yang korup akan memperjuangkan proyek-proyek investasi public yang baru. Namun, karena diperjuangkan hanya proyek-proyek yang baru (demi mendapatkan kesempatan mencari keuntungan demi kepentingan pribadi) maka proyek-proyek lama sudah berjalan menjadi terbengkalai. Sebagai akibatnya pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.

Hipotesis Keempat :
Tingginya tingkat korupsi berhubungan dengan kualitas investasi publik. Masih seperti yang terdapat dalam hipotesis pertama, bahwa dengan adanya niat politisi untuk korupsi maka investasi publik akan meningkat, namun perlu digarisbawahi bahwa meningkat adalah kuantitasnya bukan kualitas. Politisi yang korup hanya peduli pada apa-apa yang mudah dilihat, bahwa telah berdiri proyek-proyek publik yang baru, akan tetapi bukan pada kualitasnya.
     Contoh : pada proyek pembangunan jalan yang dana pembangunannya telah dikorupsi. Jalan-jalan tersebut akan dibangun secara tidak memenuhi persyaratan jalan yang baik. Infrastruktur yang buruk akan menurunkan produktivitas yang berakibat pada rendahnya pertumbuhan ekonomi. [5]

5.      Induksi dalam Metode Eksposisi
    Merupakan salah satu jenis pengembangan dalam penulisan dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat dan padat.
      Contoh :
      Biar bagaimanapun juga otak selalu saja mengalahkan otot.
      Menurut teori Darwin manusia berasal dari kera yang berevolusi.
      Matahari adalah poros dari perputaran planet-planet yang mengelilingi termasuk bumi.
    Manusia adalah makhluk yang paling istimewa dibandingkan dengan makhluk makhluk lainnya di bumi.
      Agar bisa mencapai presentase lulus, maka hal itu bisa diraih dengan giat belajar. [6]


Referensi :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar