Nama : Farhah
NPM : 12110612
Kelas : 3KA39
Softskill : Bahasa Indonesia 2
Materi : Penalaran, Berpikir Deduktif dan Berfikir Induktif
Softskill : Bahasa Indonesia 2
Materi : Penalaran, Berpikir Deduktif dan Berfikir Induktif
POINT
1 Penalaran
Penalaran
adalah proses berfikir yang bertolak
dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep
dan pengertian. Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk
proposisi-proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui
atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya
tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.
Dalam penalaran proposisi yang dijadikan dasar
penyimpulan disebut dengan premis (antesedens)
dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara
premis dan konklusi disebut konsekuensi.
Metode dalam menalar ada dua jenis yaitu deduktif dan induktif.
Syarat-syarat kebenaran dalam penalaran :
Jika seseorang melakukan penalaran maksudnya tentu
adalah untuk menemukan kebenaran. Kebenaran dapat dicapai jika syarat-syarat
dalam menalar dapat dipenuhi.
1. Suatu
penalaran bertolak dari pengetahuan yang sudah dimiliki seseorang akan sesuatu
yang memang benar atau sesuatu yang memang salah.
2. Dalam
penalaran, pengetahuan yang dijadikan dasar konklusi adalah premis. Jadi semua
premis harus benar.
3. Formal berari
penalaran memiliki bentuk yang tepat, diturunkan dari aturan-aturan berfikir
yang tepat sedangkan material berarti isi atau bahan yang dijadikan sebagai
premis yang tepat. [1]
Penalaran terbagi menjadi tiga yaitu
1) Proposisi
a.
Pengertian
Proposisi
adalah apa yang dihasilkan dengan mengucapkan suatu kalimat. Dengan kata lain,
hal ini merupakan arti dari kalimat itu, dan bukan kalimat itu sendiri.
b.
Kriteria Proposisi terbagi menjadi empat
bentuk
a) Berdasarkan
bentuk
Terbagi menjadi dua jenis, yaitu
i.
Proposisi Tunggal
Merupakan proposisi yang terdiri atas
satu subjek dan satu predikat.
Contoh :
Premis 1 : Semua ibu menghasilkan asi
Premis 2 : Fika menyusui bayi pertamanya
Kesimpulan : Fika menghasilkan asi
ii. Proposisi
Majemuk
Merupakan proposisi yang terdiri atas
satu subjek dan lebih dari satu predikat.
Contoh :
Premis 1 : Semua orang yang ingin masuk surga
maka harus rajin beribadah dan berbuat baik kepada sesama.
Premis 2 : Saya ingin masuk surga
Kesimpulan : Saya harus rajin beribadah
dan berbuat baik pula kepada sesame
b) Berdasarkan
sifat
Berdasarkan sifatnya, proposisi juga
terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
i.
Proposisi Kategorial
Merupakan proposisi yang hubungan antara
subjek dan predikatnya tidak memerlukan syarat apapun.
Contoh :
Semua kambing adalah herbivora
ii. Proposisi
Kondisional
Merupakan kebalikan dari proposisi
kategorial, yaitu proposisi yang berhubungan antara subjek dan predikatnya
memerlukan syarat tertentu.
Proposisi Kondisional terbagi menjadi
dua, yaitu :
1. Proposisi
Kondisional Hipotesis
Merupakan proposisi yang mengandung
hubungan sebab dan akibat.
Contoh :
Andai aku bisa jadi Presiden RI aku akan
berantas para Koruptor.
2. Prosisi
Kondisional Disjungtif
Merupakan proposisi yang mengandung dua
pilihan.
Contoh :
Dia seorang Dokter atau Suster?
c) Berdasarkan
kualitas
Terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
i.
Proposisi Positif / Affirmative
Merupakan proposisi yang memiliki
kesesuaian antara subjek dan predikatnya.
Contoh :
Semua Mahasiswa yang IPK diatas 3.00
akan mengambil jalur skripsi.
ii. Proposisi
Negatif
Merupakan proposisi yang kebalikan dari
proposisi Positif/ Affirmative yaitu proposisi yang tidak memiliki kesesuaian
antara subjek dengan predikatnya.
Contoh :
Semua pegawai pajak adalah markus.
d) Berdasarkan
kuantitas
Terbagi menjadi dua jenis, yaitu :
i.
Proposisi Umum
Merupakan proposisi yang biasanya
diawali dengan kata “semua”, “tidak satupun”, “seluruh”.
Contoh :
Tidak satupun orang yang ingin masuk
neraka.
ii. Proposisi
Khusus/ Spesifik
Merupakan proposisi yang biasanya
diawali dengan kata “sebagian”.
2) Implikasi
a.
Pengertian
Merupakan
suatu pernyataan logika yang hanya akan bernilai salah ketika sebab bernilai
benar DAN akibat bernilai salah dengan melihat tabel kebenaran.
Tetapi
kita harus ingat kalau “jika A maka B” tidak sama dengan “jika B maka A” karena
alur implikasi hanyalah berjalan satu arah saja.
b.
Contoh
“Jika
lampu merah menyala maka kendaraan bermotor akan berhenti”
Kalimat
diatas tidak akan sama dengan kalimat :
“Jika
kendaraan bermotor berhenti maka lampu merah menyala”
3)
Inferensi
a.
Pengertian
Merupakan
proses yang harus dilakukan pembaca (pendengar) untuk melalui makna harfiah
tentang apa yang ditulis (diucapkan) sampai pada yang diinginkan oleh seorang
penulis (pembicara). Inferensi atau kesimpulan sering harus dibuat sendiri oleh
para pendengar atau pembicara karena dia tidak mengetahui apa makna yang
sebenarnya yang dimaksudkan oleh pembicara/ penulis. Karena jalan pikiran
pembicara mungkin saja berbeda dengan jalan pikiran pendengar, mungkin saja
kesimpulan pendengar meleset atau bahkan salah sama sekali. Apabila ini
terjadi, maka pendengar harus membuat inferensi lagi.
b.
Jenis Inferensi
1) Inferensi
Langsung
Merupakan inferensi yang kesimpulannya
ditarik dari hanya satu premis (proposisi yang digunakan untuk penarikan
kesimpulan). Konklusi yang ditarik tidak boleh lebih luas dari premisnya.
Contoh :
“Bu, besok temanku berulang tahun. Saya
diundang makan malam. Tapi saya tidak punya baju baru, kadonya lagi belum ada”.
Maka inferensi dari ungkapan tersebut
adalah “bahwa tidak bisa pergi ke ulang tahun temannya.”
2) Inferensi
Tidak Langsung
Merupakan inferensi yang kesimpulannya
ditarik dari dua/ lebih premis. Proses akal budi membentuk sebuah proposisi
yang baru atas dasar penggabungan proposisi-proposisi lama.
Contoh :
A : Anak-anak begitu gembira ketika ibu
memberikan bekal makanan.
B : Sayang gudegnya sedikit saya bawa.
Inferensi yang menjembatani kedua ujaran tersebut misalnya c berikut ini.
C : Bekal yang dibawa ibu lauk gudegnya
komplit.
Wujud
Evidensi
Merupakan semua fakta yang ada dihubung-hubungkan
untuk membuktikan adanya sesuatu. Evidensi merupakan hasil pengukuran dan
pengamatan fisik yang digunakan untuk memahami suatu fenomena. Evidensi sering
disebut juga bukti empiris.
Tentu saja reaksi kita tidak dapat dilukiskan
sebagai “kepastian”, tentu saja kemungkinan untuk benar tidak dapat
dikesampingkan, bahwa dugaan ngawur atau ngasal telah menyatakan jumlah yang
persis. Tetapi tidak terlalu sulit bagi kita untuk menangguhkan persetujuan
kita mengapa? Karena evidensi memadai untuk menjamin persetujuan jelaslah tidak
ada. Kenyataannya tidak ada dalam persetujuan terhadap pernyataan tersebut.
Sebaliknya, kalau seseorang mengatakan mengenai ruang
dimana saya duduk “ada tiga jendela di dalam ruangan ini”, persetujuan atau
ketidak setujuan saya segera jelas. Dalam hal ini, evidensi yang menjamin
persetujuan saya dengan mudah didapatkan.
Dalam wujud yang paling rendah, evidensi itu
berbentuk data atau informasi. Yang dimaksud dengan data atau informasi adalah
bahan keterangan yang diperoleh dari suatu sumber tertentu.
Cara
Menguji Data
Data dan informasi yang digunakan dalam penalaran
harus merupakan fakta. Oleh karena itu, perlu diadakan pengujian melalui
cara-cara tertentu sehingga bahan-bahan yang merupakan fakta itu siap digunakan
sebagai evidensi.
Dibawah ini beberapa cara yang dapat digunakan untuk
pengujian data :
a. Observasi
b. Kesaksian
c. Autoritas
Cara
Menguji Fakta
Untuk menetapkan apakah data yang kita peroleh itu
merupakan fakta, maka harus diadakan penilaian yang merupakan penilaian tingkat
pertama untuk mendapatkan keyakinan bahwa semua bahan itu adalah fakta, sesudah
itu pengarang atau penulis harus mengadakan penilaian tingkat kedua yaitu dari
semua fakta tersebut dapat digunakan sehingga benar-benar memperkuat kesimpulan
yang akan diambil.
Beberapa cara untuk menguji fakta, adalah sebagai
berikut :
a. Konsistensi
b. Koherensi
Cara
Menilai Autoritas
Seorang penulis yang objektif selalu menghindari semua
desas desus atau kesaksian dari tangan kedua. Penulis yang baik akan membedakan
pula apa yang hanya merupakan pendapat saja atau pendapat yang sungguh-sungguh
didasarkan atas penelitian atau data eksperimental.
Beberapa cara yang digunakan untuk menilai
autoritas, yaitu :
a. Tidak
mengandung prasangka
b. Pengalaman
dan pendidikan autoritas
c. Kemashuran
dan prestise
d. Koherensi
dengan kemajuan.[2]
POINT
2 Berfikir Deduktif
Metode
Berfikir Deduktif merupakan metode yang menerapkan hal-hal
yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagian
khusus.
Contoh :
Masyarakat Indonesia
Konsumtif (umum) dikarenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus)
dan kegiatan imitasi (khusus) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya
hidup konsumtif sebagai prestasi sosial dan penanda status sosial. [1]
Silogisme
merupakan
suatu proses penarikan kesimpulan secara deduktif. Silogisme disusun dari dua
proposisi (pernyataan) dan sebuah konklusi (kesimpulan).
Jenis-jenis Silogisme
berdasarkan bentuknya terdiri dari :
1. Silogisme
Kategorial
Merupakan silogisme yang semua
proposisinya merupakan kategorial. Proposisi yang mendukung silogisme disebut
dengan premis yang kemudian dapat dibedakan menjadi premis mayor (premis yang
termnya menjadi predikat) dan premis minor (premis yang termnya menjadi
subjek). Yang menghubungkan diantara kedua premis tersebut adalah term penengah
(middle term).
Contoh :
Semua tumbuhan membutuhkan air (Premis
Mayor)
Akasia adalah tumbuhan (Premis Minor)
Akasia membutuhkan air (Konklusi)
Hukum-hukum
Silogisme Kategorial
Apabila ada salah satu premis bersifat particular,
maka kesimpulan harus particular pula. Contoh :
Semua yang halal dimakan menyehatkan
(Mayor)
Sebagian makanan tidak menyehatkan
(Minor)
Jadi, Sebagian makanan tidak halal
dimakan (Konklusi)
Apabila salah satu premis bersifat negative,
maka kesimpulan harus negative juga.
Contoh :
Semua korupsi tidak disenangi (Mayor)
Sebagian Pejabat Koruptor (Minor)
Jadi, Sebagian Pejabat tidak disenangi
(Konklusi)
Apabila kedua premis bersifat particular,
maka tidak sah diambil kesimpulan.
Contoh :
Beberapa politikus tidak jujur (Premis
1)
Bambang adalah politikus (Premis 2)
Kedua
premis tersebut tidak bisa disimpulkan. Jika disimpulkan maka hanya bersifat
kemungkinan (bukan kepastian). Bambang
mungkin tidak jujur (konklusi).
Apabila kedua premis bersifat negative,
maka tidak akan sah diambil kesimpulan. Hal ini dikarenakan tidak ada mata
rantai yang menghubungkan kedua proposisi premisnya. Kesimpulan dapat diambil
jika salah satu premisnya positif.
Contoh :
Kerbau bukan bunga mawar (premis 1)
Kucing bukan bunga mawar (premis 2)
Kedua
premis tersebut tidak mempunyai kesimpulan
Apabila term penengah dari suatu premis
tidak akan sah diambil dari kesimpulan.
Contoh :
Semua ikan berdarah dingin.
Binatang ini berdarah dingin.
Maka, binatang ini adalah ikan?
Mungkin saja binatang melata.
Term pengikat dalam kesimpulan harus
konsisten dengan term predikat yang ada pada premisnya. Apabila tidak
konsisten, maka kesimpulannya akan salah.
Contoh :
Kerbau adalah binatang
Kambing bukan kerbau.
Jadi, kambing bukan binatang?
Binatang pada konklusi merupakan term negative
sedangkan pada premis 1 bersifat positif.
Term penengah harus bermakna sama. Baik dalam
premis mayor maupun premis minor. Bila term penengah bermakna ganda kesimpulan
menjadi lain.
Contoh :
Bulan itu bersinar di langit.
Januari adalah bulan.
Jadi, januari bersinar dilangit?
Silogisme
harus terdiri dari tiga term, yaitu term subjek, predikat dan term. Tidak bisa
diturunkan konklusinya.
Contoh
:
Kucing
adalah binatang.
Domba
adalah binatang.
Beringin
adalah tumbuhan.
Sawo
adalah tumbuhan.
Dari
premis tersebut tidak dapat diturunkan kesimpulannya.
2. Silogisme
Hipotetik
Merupakan argument yang premis mayornya
berupa proposisi hipotetik sedangkan premis minornya adalah proposisi
kategorik.
Ada empat macam Silogisme Hipotetik,
yaitu :
a.
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengakui bagian antecedent.
Contoh
:
Jika
hujan saya naik becak
Sekarang
hujan
Jadi,
saya naik becak (Konklusi)
b.
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh
:
Jika
hujan, bumi akan basah
Sekarang
bumi telah basah
Jadi,
hujan telah turun.
c.
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengingkari antecedent.
Contoh
:
Jika
politik pemerintah dilaksanakan dengan paksa, maka kegelisahan akan timbul.
Politik
pemerintahan tidak dilaksanakan dengan paksa.
Jadi,
kegelisahan tidak akan timbul.
d.
Silogisme hipotetik yang premis minornya
mengingkari bagian konsekuennya.
Contoh
:
Bila
mahasiswa turun ke jalanan, pihak penguasa akan gelisah.
Pihak
penguasa tidak gelisah.
Jadi,
mahasiswa tidak akan turun ke jalanan.
Hukum-hukum
Silogisme Hipotetik mengambil konklusi dari silogisme hipotetik jauh lebih
mudah dibanding dengan silogisme kategorik. Tetapi lebih penting menentukkan
kebenaran konklusinya bila premis-premisnya merupakan pernyataan yang benar. Bila
antecedent kita lambangkan dengan A dan konsekuen dengan B, maka hokum silogisme
hipotetik adalah :
a.
Bila A terlaksana maka B juga terlaksana
b.
Bila A tidak terlaksana maka B tidak
terlaksana (tidak sah = salah)
c.
Bila B terlaksana, maka A terlaksana
(tidak sah = salah)
d.
Bila B tidak terlaksana maka A tidak terlaksana.
3. Silogisme
Alternatif
Merupakan silogisme yang terdiri atas
premis mayor berupa proposisi alternative. Proposisi alternative yaitu bila
premis minornya membenarkan salah satu alternatifnya. Kesimpulannya akan
menolak alternative yang lain.
Contoh :
Nenek Sumi berada di Bandung atau Bogor
Nenek Sumi berada di Bandung
Jadi, Nenek Sumi tidak berada di Bogor.
4. Silogisme
Disjungtif
Merupakan silogisme yang premis mayornya
merupakan keputusan disjungtif sedangkan premis minornya bersifat kategorik
yang mengakui atau mengingkari salah satu alternative yang disebut oleh premis
mayor.
Silogisme Disjungtif ada dua macam,
yaitu :
a.
Silogisme Disjungtif dalam arti sempit
Silogisme
yang berarti mayornya mempunyai alternative kontradiktif
Contoh
:
Heri
jujur atau berbohong
Ternyata
Heri berbohong
Jadi,
ia tidak jujur (Konklusi)
b.
Silogisme Disjungtif dalam arti luas
Silogisme
yang berarti mayornya mempunyai alternative bukan kontradiktif.
Contoh
:
Hasan
di rumah atau di pasar.
Ternyata
tidak dirumah
Jadi,
Hasan di pasar (Konklusi)
Hukum-hukum
Silogisme Disjungtif
a.
Silogisme disjungtif dalam arti sempit,
konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
Contoh
:
Hasan
berbaju putih atau tidak putih
Ternyata
Hasan berbaju putih
Jadi,
Hasan bukan tidak berbaju putih
b.
Silogisme disjungtif dalam arti luas,
kebenaran konklusinya adalah bila premis minor mengakui salah satu alternative,
maka konklusinya sah (benar) dan bila premis minornya mengingkari salah satu alternative,
maka konklusinya tidak sah (salah).
Contoh
:
Budi
menjadi guru atau pelaut
Budi
adalah guru
Jadi,
maka budi bukan pelaut
Contoh
2 :
Penjahat
itu lari ke Solo atau ke Yogyakarta
Ternyata
tidak lari ke Yogyakarta
Jadi,
Dia lari ke Solo?
Konklusinya
yang salah karena bisa jadi dia lari ke kota lain.
5. Entimen
Silogisme ini jarang ditemukan dalam
kehidupan sehari-hari. Baik dalam tulisan maupun lisan. Yang dikemukakan hanya
premis minor dan kesimpulan.
Contoh :
Dia menerima hadiah pertama karena dia
telah menang dalam sayembara itu.
Anda telah memenangkan sayembara ini,
karena itu anda berhak menerima hadiahnya. [4]
POINT
3 Berfikir Induktif
Metode
Berfikir Induktif merupakan metode yang diawali dengan
menjelaskan permasalahan-permasalahan khusus (mengandung pembuktian dan
contoh-contoh fakta) yang diakhiri dengan kesimpulan yang berupa pernyataan
umum.[1]
Pada Penalaran Induktif
terdapat beberapa bentuk :
1. Generalisasi
Merupakan proses penalaran yang bertolak
dari fenomena individual menuju kesimpulan umum.
Contoh :
Andika Pratama adalah bintang film, dan
ia berwajah tampan.
Raffi Ahmad adalah bintang film, dan ia
berwajah tampan.
Generalisasi : Semua bintang film yang
berwajah tampan.
Pernyataan “Semua bintang film berwajah
tampan” hanya memiliki kebenaran probabilitas karena belum pernah diselidiki
kebenarannya.
Contoh kesalahannya : Sapri juga bintang
iklan, tetapi tidak berwajah tampan.
Macam-macam Generalisasi :
a. Generalisasi Sempurna : dimana seluruh
fenomena yang menjadi dasar penyimpulan diselidiki.
Contoh
:
Sensus
Penduduk
b. Generalisasi Tidak Sempurna : dimana
kesimpulan diambil dari sebagian fenomena yang diselidiki diterapkan juga untuk
semua fenomena yang belum diselidiki.
Contoh
:
Hampir
seluruh pria dewasa di Indonesia senang memakai celana pantaloon.
2. Analogi
Merupakan persamaan antar bentuk yang
menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Analogi merupakan salah satu
proses morfologi dimana dalam analogi, pembentukkan kata baru dari kata yang
telah ada. Analogi dilakukan karena antara sesuatu yang dibandingkan dengan
pembandingnya memiliki kesamaan fungsi atau peran. Analogi yang dimaksud adalah
analogi induktif atau analogi logis.
Contoh :
Untuk menjadi seorang pemain bola yang professional
atau berprestasi dibutuhkan latihan yang rajin dan ulet. Begitu juga dengan
seorang dokter untuk dapat menjadi dokter yang professional dibutuhkan
pembelajaran atau penelitian yang rajin dan ulet. Oleh karena itu, untuk
menjadi seorang pemain bola atau seorang dokter diperlukan latihan atau
pembelajaran.
Jenis-jenis Analogi :
a.
Analogi Induktif
Merupakan
analogi yang disusun berdasarkan persamaa yang ada pada dua fenomena, kemudian
ditarik kesimpulan bahwa apa yang ada pada fenomena pertama terjadi juga pada
fenomena kedua. Analogi induktif merupakan suatu metode yang sangat bermanfaat untuk membuat
kesimpulan yang dapat diterima berdasarkan pada persamaan yang terbukti
terdapat pada dua barang khusus yang dibandingkan.
Contoh
:
Tim
Uber Indonesia mampu masuk babak final karena berlatih setiap hari. Maka tim
Thomas Indonesia akan masuk babak final jika berlatih setiap hari.
b.
Analogi Deklaratif
Merupakan
metode untuk menjelaskan atau menegaskan sesuatu yang belum dikenal atau masih
samar dengan sesuatu yang sudah dikenal. Cara ini sangat bermanfaat karena
ide-ide baru menjadi dikenal atau dapat diterima apabila dihubungkan dengan
hal-hal yang sudah kita ketahui atau kita percayai.
Contoh
analogi deklaratif :
Deklarasi
untuk penyelenggaraan Negara yang baik diperlukan sinergitas antara kepala Negara
dengan warganegaranya. Sebagaimana manusia, untuk mewujudkan perbuatan yang
benar diperlukan sinergitas antara akal dan hati.
3. Hubungan
Kausal
Merupakan penalaran yang diperoleh dari
gejala-gejala yang saling berhubungan. Hubungan kausal (kausalitas) merupakan
prinsip sebab-akibat yang sudah pasti antara segala kejadian, serta bahwa
setiap kejadian memperoleh kepastian dan keharusan serta kekhususan
eksistensinya dari sesuatu atau berbagai hal lainnya yang mendahuluinya.
Macam-macam hubungan kausal :
a.
Sebab akibat
Contoh
:
Penebangan
liar di hutan mengakibatkan tanah longsor
b.
Akibat sebab
Contoh
:
Andri
juara kelas disebabkan dia rajin belajar dengan baik
c. Akibat akibat
Contoh
:
Toni
melihat kecelakaan di jalan raya, sehingga Toni beranggapan adanya korban
kecelakaan.
4. Hipotesa
dan Teori
Hipotesa
merupakan semacam teori atau kesimpulan yang diterima sementara waktu untuk
menerangkan fakta-fakta tertentu sebagai penentu dalam peneliti fakta-fakta
tertentu sebagai penuntun dalam meneliti fakta-fakta lain secara lebih lanjut.
Teori
merupakan kebalikan dari hipotesa yang esecara relative lebih kuat sifatnya
bila dibandingkan dengan hipotesa.
Contoh :
Tanzi & davoodi (1998) membuktikan
bahwa dampak korupsi pada pertumbuhan ekonomi dapat dijelaskan melalui empat
hipotesis (semua dalam kondisi ceteris paribus).
Hipotesis pertama :
Tingginya tingkat korupsi memiliki
hubungan dengan tingginya investasi public. Politisi yang korup akan
meningkatkan anggaran untuk investasi publik. Sayangnya mereka melakukan itu
bukan untuk memenuhi kepentingan publik melainkan demi mencari keuntungan dari
kesempatan dari proyek-proyek investasi tersebut. Oleh karena itu, walau dapat
meningkatkan investasi public, korupsi akan menurunkan produktivitas investasi public
tersebut. Dengan seperti ini, korupsi dapat menurunkan pertumbuhan ekonomi.
Hipotesis kedua :
Tingginya tingkat korupsi berhubungan
dengan rendahnya penerimaan Negara. Hal ini terjadi bila korupsi berkontribusi
pada penggelapan pajak, pembebasan pajak yang tidak sesuai dengan aturan yang
berlaku, dan lemahnya administrasi pajak. Akibatnya adalah penerimaan Negara menjadi
rendah dan pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
Hipotesis ketiga:
Tingginya tingkat korupsi berhubungan
dengan rendahnya pengeluaran pemerintah untuk operasional dan maintenance. Seperti
yang diuraikan pada hipotesis pertama, politisi yang korup akan memperjuangkan
proyek-proyek investasi public yang baru. Namun, karena diperjuangkan hanya
proyek-proyek yang baru (demi mendapatkan kesempatan mencari keuntungan demi
kepentingan pribadi) maka proyek-proyek lama sudah berjalan menjadi
terbengkalai. Sebagai akibatnya pertumbuhan ekonomi menjadi terhambat.
Hipotesis Keempat :
Tingginya tingkat korupsi berhubungan
dengan kualitas investasi publik. Masih seperti yang terdapat dalam hipotesis
pertama, bahwa dengan adanya niat politisi untuk korupsi maka investasi publik
akan meningkat, namun perlu digarisbawahi bahwa meningkat adalah kuantitasnya
bukan kualitas. Politisi yang korup hanya peduli pada apa-apa yang mudah
dilihat, bahwa telah berdiri proyek-proyek publik yang baru, akan tetapi bukan
pada kualitasnya.
Contoh : pada proyek pembangunan jalan
yang dana pembangunannya telah dikorupsi. Jalan-jalan tersebut akan dibangun
secara tidak memenuhi persyaratan jalan yang baik. Infrastruktur yang buruk
akan menurunkan produktivitas yang berakibat pada rendahnya pertumbuhan
ekonomi. [5]
5. Induksi
dalam Metode Eksposisi
Merupakan salah satu jenis pengembangan
dalam penulisan dimana isinya ditulis dengan tujuan untuk menjelaskan atau
memberikan pengertian dengan gaya penulisan yang singkat, akurat dan padat.
Contoh :
Biar bagaimanapun juga otak selalu saja
mengalahkan otot.
Menurut teori Darwin manusia berasal
dari kera yang berevolusi.
Matahari adalah poros dari perputaran
planet-planet yang mengelilingi termasuk bumi.
Manusia adalah makhluk yang paling
istimewa dibandingkan dengan makhluk makhluk lainnya di bumi.
Agar bisa mencapai presentase lulus, maka hal itu
bisa diraih dengan giat belajar. [6]
Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar