Sabtu, 08 Oktober 2011

BAB 3
PEMBAHASAN

ANALISIS PEMBAHASAN
1.    PRIMER
a)      ORGANISASI LABA
1)      Pengertian
organisasi profit sesuai dengan namanya jelas-jelas bertujuan untuk mencari keuntungan. Organisasi nonprofit menjadikan sumber daya manusia sebagai asset yang paling berharga, karena semua aktivitas organisasi ini pada dasarnya adalah dari, oleh dan untuk manusia. Organisasi profit memiliki kepentingan yang besar terhadap berkembangnya organisasi nirlaba. Dari onganisasi inilah sumber daya manusia yang handal terlahir, memiliki daya saing yang tinggi, aspek kepemimpinan, serta sigap menghadapi perubahan.
2)      Hubungan Yang Erat Antara Organisasi Laba (Profit) dan Organisasi Non Laba (Non Profit)
Hampir diseluruh dunia ini, organisasi nirlaba merupakan agen perubahan terhadap tatanan hidup suatu komunitas yang lebih baik. Daya jelajah mereka menyentuh pelosok dunia yang bahkan tidak bisa terlayani oleh organisasi pemerintah. Kita telah saksikan sendiri, bagaimana efektifnya daya jelajah organisasi nirlaba ketika terjdi bencana tsunami di Aceh, ratusan organisasi nirlaba dari seluruh dunia seakan berlomba membuat prestasi tehadap proyek kemanusiaan bagi masyarakat Aceh. Organisasi profit juga mendapatkan keuntungan langsung dengan majunya komunitas, mereka mendapatkan market yang terus bertumbuh karena daya beli komunitas yang kian hari kian berkembang atas pembinaan organisasi nirlaba.
Di Indonesia, sebagian besar organisasi non profit dalam keadaan lesu darah. Mereka sesuai dengan namanya kebanyakan miskin dana. Perbedaan mencolok terlihat dengan organisasi non profit yang memiliki induk di luar negeri. Kondisi ini sudah pasti memberi pengaruh terhadap quantitas dan qualitas dari gerak roda organisasi.
Seharusnya organisasi non profit tidak jauh beda dengan organisasi profit, harus memiliki mission statement yang jelas, fokus dan aplikatif. Pernyataan misi organisasi sebaiknya sederhana dan mudah dipahami oleh stake holder organisasi. Kelemahan dari organisasi nirlaba Indonesia adalah tidak fokusnya misi. Sering misi dibuat dengan pilihan kata yang mengambang dan dapat multitafsir. Kalau kita sortir berdasarkan kata, maka kata yang paling banyak muncul barangkali kata sejahtera, adil, merata, berkesinambungan. Misi ini selanjutnya diterjemahkan kedalam sasaran-sasaran yang biasanya akan menjadi makin meluas dan tidak fokus. Kondisi ini juga berimbas pada rancangan struktur organisasi nirlaba Indonesia. Struktur organisasinya memasukkan semua bidang, rata-rata memiliki lebih dari 20 bidang. Banyak yang masih mengadaptasi organisasi politik karena dijaman orde baru hampir semua organisasi nonprofit yang berdiri menjadi underbow partai Golkar.
b)      ORGANISASI NON LABA
a.       Pengertian
Organisasi nirlaba atau organisasi non profit merupakan suatu organisasi yang bersasaran pokok untuk mendukung suatu isu atau perihal di dalam menarik perhatian publik untuk suatu tujuan yang tidak komersil. Tanpa adanya perhatian terhadap hal-hal yang bersifat mencari laba (moneter). Contohnya, sekolah negeri, derma publik, rumah sakit, organisasi politis, bantuan masyarakat dalm hal perundang-undangan, jasa sukarelawan, serikat buruh, pengurus tempat beribadah, asosiasi profesional, institute riset, museum, klinik publik, dan beberapa tugas kepemerintahan.
b.      Pajak Bagi Organisasi Nirlaba
Sebagai entitas atau lembaga, maka organisasi nirlaba merupakan subyek pajak. Artinya seluruh kewajiban subyek pajak harus dilakukan tanpa terkecuali. Akan tetapi, tidak semua penghasilan yang diperoleh yayasan merupakan objek pajak.
Pemerintahan Indonesia memperhatikan bahwa badan sosial bukan bergerak untuk mencari laba, sehingga pendapatannya diklasifikasikan atas pendapatan yang subyek pajak, bukan obyek pajak. Namun, di banyak negara, organisasi nirlaba boleh melamar status sebagai bebas pajak sehingga dengan demikian mereka akan terbebas dari pajak penghasilan dan jenis pajak lainnya. 
c.       Organisasi Nirlaba di Beberapa Negara
1)      Indonesia
Di Indonesia, organisasi nirlaba telah berkembang cukup pesat, terutama dibidang keagamaan serta advokasi. Selain itu dibidang pendidikan kini juga mulai berkembang, seperti yang dilakukan internews Indonesia, dimana mereka melakukan bimbingan bagi para jurnalis.
2)      Amerika Serikat
Perkembangan organisasi nirlaba di Amerika Serikat sangat jauh lebih maju dibanding Indonesia, terutama dalam bidang keagamaan. Amandemen Pertama Amerika Serikat menjamin kebebasan beragama bagi masyarakatnya.
3)      Kanada
Di Kanada, organisasi nirlaba yang mengambil format derma biasanya harus dicatatkan didalam Agen Pendapatan Kanada (Canada Revenue Agency).
4)      Kerajaan Inggris
Di Inggris, Wales. Organisasi nirlaba yang mengambil format derma biasanya harus dicatatkan dalam Komisi Pengawasan Derma. Di Skotlandia, Kantor Pengatur Derma Skotlandia juga melayani fungsi yang sama. Berbeda dengan organisasi nirlaba di Amerika Serikat, seperti buruh. Biasanya tunduk dengan peraturan yang terpisah dan tidak begitu dihormati sebagaimana halnya dalam pengertian teknis.
C)     PERBEDAAN ANTARA ORGANISASI LABA DAN NON LABA
Banyak hal-hal yang membedakan antara organisasi nirlaba dengan organisasi laba. Yaitu :
a.       Dari segi kepemilikan, tidak jelas siapa “pemilik” organisasi nirlaba tersebut. Siapa anggotanya, klien, atau donatur. Berbeda dengan organisasi laba, pemilik jelas memperoleh untung dari hasil usahanya.
b.      Dalam  hal donatur, organisasi nirlaba membutuhkan sumber pendanaan. Berbeda dengan organisasi laba yang telah memiliki sumber pendanaan yang jelas, yaitu dari keuntungan usahanya.
c.       Dari segi penyebaran tanggung jawab, pada organisasi laba telah jelas siapa yang menjadi Dewan Komisaris, yang kemudian memilih seorang Direktur Pelaksana. Sedangkan organisasi nirlaba, hal ini tidak mudah dilakukan, anggota Dewan
d.      Komisaris bukanlah “pemilik” organisasi.
2.     SEKUNDER
Pembahasan Pokok Contoh Permasalahan (Organisasi Non Laba)
a.      Latar Belakang Masalah
1)        Pengertian Museum Secara Jelas
Museum merupakan organisasi layanan, dan biasanya non profit. Dalam rangka memahami posisi yang unik pada museum, maka perlu dipertimbangkan dalam kaitannya dengan kedua sektor tsebut. Non profit museum menghasilkan pendapatan hukum untuk memegang saham, namun museum itu sendiri untuk menarik dana atau sponsor dan untuk memastikan kelangsungan objek dalam perawatan mereka.
Museum merupakan a not for profit making, institusi permanen, dalam pelayanan masyarakat dan pembangunan, dan terbuka untuk umum yang didalamnya terdapat pelestarian, penelitian, komunikasi, dan pameran untuk tujuan studi, pendidikan dan kesenangan, bahan bukti manusia [sic] dan lingkungannya (The International Museum Community 1974; 1987).
b.      Pokok Permasalahan
Dilema museum modern merupakan hal yang sangat rumit baik sebagai kata dan sebagai suatu fenomena. Sejumlah faktor kontribusi pada dilema ini merupakan gambaran dari sebuah museum sebagai candi dan sebagai forum publik antara museum sebagai mengejar pedagogis dan sebagai tempat untuk kesenangan antara museum sebagai proses pengumpulan dan penelitian dan jangkauan pendidikan dari pameran-pameran, antara ulama dan awam, antara objek sebagai barang unik dan benda-benda sebagai spesimen dan antara museum sebagai pribadi dan umum. Jika artefak yang direbut dari peran asli mereka, maka dilema ini akan menjadi semakin parah. Koleksi museum yang awalnya tidak diciptakan untuk publik juga bukan dalam pengaturan alam. Hasilnya bahwa museum bahkan mungkin tidak relevan dengan masyarakat. Menyeimbangkan peran koleksi dengan peran masyarakat adalah kunci untuk tujuan museum saat ini.
Maka pemasaran untuk museum merupakan proses manajemen yang menegaskan misi museum atau galeri dan kemudian bertanggung jawab atas antisipasi, identifikasi efisiensi dan kepuasan penggunanya. 
Hambatan yang paling mendasar untuk mengakses museum adalah psikologis. Sektor-sektornya tertentu, dimana populasi atau sejumlah masyarakat kehilangan haknya karena keterasingkan dari wacana sosial yang mendominasi museum. Bentuk lain dari penghalang untuk mengakses timbulnya masalah struktural akses fisik dan usia.
c.       Penyelesaian Masalah
Untuk meningkatkan keuntungan dari saham untuk memperoleh dana dari sponsor untuk peningkatan pelayanan kunjungan ke museum, maka ada beberapa hal yang harus diperhatikan bagi pengurus/ organisasi yang terjadi pada ruang lingkup museum, yaitu :
-          Meningkatkan pelayanan prima kepada para pengunjung.
-          Mempromosikan/ memasarkan keunggulan yang ada pada museum.
-          Lebih dikenalkan kepada anak-anak, dan dijadikan pendidikan formal dan informal dengan cara berekreasi ke museum, kunjungan ke museum, penelitian ke museum. Daya tangkap anak-anak lebih cepat dibanding dengan usia remaja ataupun dewasa, dengan begitu ilmu yang didapat akan diserap dan akan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
-          Orang lebih mengkonsepkan kunjungan ke museum ada 3 konteks (Pribadi, Sosial, dan Fisik).
-          Dalam museum, pengunjung merupakan orang yang memandang dunia melalui konteks pribadinya sendiri. Dengan berbagi pengalamannya dengan orang lain, maka masing-masing konteks pribadi mereka sendiri dengan cara bersamaan akan menciptakan konteks sosial. Pada saat tertentu, salah konteks tersebut bisa dianggap sangat penting dalam mempengaruhi pengunjung.
-          Buatlah pameran agar tertarik mengunjungi museum tersebut, maka sponsor akan datang mengalir untuk membiayai itu semua.
-          Sekarang banyak manusia yang tidak peduli akan museum. Padahal, dengan berkunjung ke museum akan mendapatkan 3 hal, lembar penjelasan masuk museum tersebut (brosur), pengetahuan bertambah, juga dapat menikmati rasa santai.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar